Friday, June 8, 2007

Dia menangis.


Di sini, aku, di tengah kerumunan orang-orang yang berebut membeli sayuran dan telur ayam, melihat seorang gadis kecil menangis. Di sini, aku, di dalam pasar ini, hanya tertegun memandangnya.


Gadis itu tidak lebih tinggi dari lututku. Ah, mungkin sebutan "gadis" tidak tepat dikenakan padanya. Oke, kalau begitu, anak perempuan. Ya, anak perempuan itu kecil sekali. Begitu menggemaskan. Begitu rapuh.


Kunciran kecil di kepala mungilnya melambai pelan ketika ia menggelayuti kaki kanan ibunya sembari meraung-raung. Buliran air mata membasahi seluruh wajah bulatnya, jatuh ke lantai.


Dia menangis.


Dahiku mengernyit, lalu melayangkan pandang ke arah ibunya. Tubuhnya yang gempal tidak lebih tinggi dariku. Rambutnya yang lurus pendek agak bergoyang ketika ia bersuaha dengan pasif mendiamkan anaknya. Rasa letih tersirat di wajahnya yang agak berkeringat.


Gadis kecil itu masih menangis.


Kernyitan di dahiku semakin dalam. Mengapa ibunya hanya diam saja melihat anaknya meraung-raung sampai jongkok-jongkok begitu? Apa barang-banrang kelontong yang sedari tadi dipelototinya lebih menarik dibanding anaknya yang jelas-jelas menuntut perhatiannya?


"Mione?" Bee, sahabatku, memecah lamunanku.
Aku mengerjap. "Oh. Apa?"
"Kesambet apaan lu? Bengong begitu."
"Jalan lagi, yuk," ajak Lee, sahabatku yang lain.


Aku mengangguk, tapi tatapanku masih tertancap pada gadis kecil itu. Kini ibunya sedang menyeret anaknya dan pergi menjauh dari kios kelontong itu.


Gadis kecil itu masih menangis.


Sembari berjalan perlahan bersama kedua sahabatku, pikiranku mengalir, bermuara pada satu hal yang ternyata sanggup menyentak benakku yang masih mengantuk sampai detik tadi; betapa menakjubkan bagaimana dalam satu tempat sederhana seperti pasar, lebih dari satu perasaan manusia bisa berkecamuk, melebur menjadi satu.




//kutulis dgn mata 5 watt, sehabis pulang dari observasi ke Hogsmeade. Sayang ga bs maen ke Three Broomsticks >.<


*mione granger*

No comments: